Jumat, 29 Mei 2015

#Kesehatan Mental Fenomena Depresi

FENOMENA DEPRESI

Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Contoh Kasus Depresi

Amy Latham, Remaja asal Inggris ini ditemukan tewas gantung diri di daerah berhutan pada 2014 di usia 18 tahun. Sebelum meninggal, Amy menuliskan pesan yang berbunyi, "Untuk menghemat tenaga kalian menemukan jasadku, aku berada di sebuah pohon." Sebelum ia meninggal, Amy juga sempat curhat via Twitter kalau ia cuma punya dua pilihan hidup. Pertama, tetap bertahan tapi ia akan gagal mengerjakan ujian bahasa Inggris. Kedua, pergi dari kehidupannya tapi ia juga akan tetap gagal mengerjakan ujian bahasa Inggris. Setelah diusut, alasan ia menghilangkan nyawanya sendiri adalah depresi ujian atau tes yang bakal dihadapi.

Teori Kognitif Tentang Depresi

1. Teori depresi Beck (1967)
Individu menjadi depresi akibat interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk ia merasa akan selalu sial/gagal, dipadu dengan bias kognitif muncul triad negatif (pandangan sangat negatif tentang diri, dunia, masa depan)

2.  Teori helplessness/ hopelessness
Learned helplessness
Kepasifan individu dan perasaan tak berdaya mengontrol hidupnya, didapat dari pengalaman-pengalaman buruk/ trauma, mengarah pada depresi

Attribution and learned helplessness
Pada situasi dimana individu pernah gagal, ia akan mencoba mengatribusikan penyebab kegagalan. Individu depresi bila mereka mengatribusikan kejadian negatif bersifat stabil dan global. Individu depresi biasanya menunjukkan depressive attributional styleàmengatribusikan rasa hasil negatif sebagai personal, global, penyebabnya stabil


Penyebab depresi secara ilmiah adalah sebagai berikut:
Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin.
Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial.
Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.

Analisis Teori Depresi

Dari contoh kasus di atas, kasus tersebut masuk dalam teori kognitif depresi Beck. Amy Lathnam mengalami depresi akibat interpretasi negatif yang bias. Adanya skema negative terhadap dirinya sendiri yang dikarenakan pernah mengalami kegagalan dalam ujian bahasa inggrisnya sehingga kognitif negative muncul dan berpandangan bahwa dirinya akan selalu gagal.
 Dalam teori Learned helplessness adanya kepasifan individu dan perasaan tak berdaya mengontrol hidupnya, yang didapat dari pengalaman buruknya. Amy tidak dapat mengontrol dirinya karena kegagalannya tersebut sehingga ia merasa hopeless dan melakukan bunuh diri.

Referensi :

Riyanti, B.P. Dwi, & Prabowo, Hendro. (1998). Seri Diktat Kuliah: Psikologi umum 2. Jakarta: Gunadarma

Feist, Jess, & Feist, Gregory J.. (2011). Teori kepribadian: Theories of personality. Jakarta: Salemba Humanika

Darmayanti, Nefi. “Gender dan Depresi pada Remaja”. Jurnal Psikologi, (Online), Vol. 35, No. 2, (jurnal.psikologi.ugm.ac.id/ , di akses pada 26 Mei 2015)

#Kesehatan mental Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional

Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional

Kesehatan mental adalah sesuatu yang harus dimiliki seseorang agar ia dikatakan normal dan memperhatikan perawatan mental serta jiwa. Secara lahiriahnya manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dan interaksi dengan orang lain. Oleh karna itu manusia harus dapat menyesuaikan diri terhadap diri sendiri, masyarakat dan dimanapun dia tinggal. Semua itu bermanfaat bagi kehidupan bagi kapasitas, kreativitas, energi dan dorongan emosional agar manusia tertuju pada kebahagiaan dan terhindar dari penyakit mental. Orang yang sehat mentalnya terhindar dari tekanan perasaan dan dapat mengatasi timbulnya rasa frustasi dan depresi.
Kesehatan mental dijaga dengan hal – hal yang positif seperti mengisi waktu luang dengan hal – hal yang bermanfaat. Sebaliknya jika diisi dengan hal – hal negatif maka akan merusak kestabilan emosi seperti dendam dll.

Kriteria Kesehatan Mental      :
1.               Pengendalian dan Integrasi Pikiran dan Tingkah laku
2.              Integrasi Motif-Motif serta Pengendalian Konflik dan Frustasi
3.             Perasaan-perasaan dan Emosi-emosi yang Positif dan sehat
4.              Ketengan dan Kedamaian Pikiran

Menurut Salovey (dalam Goleman, 1999) menyatakan bahwa kecerdasan emosi terdiri dari mengenali emosi diri atau kesadaran diri,
mengelola emosi, merupakan kemampuan untuk mengenali dan menyadari perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
memotivasi diri sendiri, merupakan kemampuan untuk menata emosi diri sendiri yang digunakan sebagai alat pencapaian tujuan yang dikehendaki
mengenali emosi orang lain atau empati, merupakan kemampuan untuk mengetahui keadaan perasaan orang lain.
membina hubungan, kemampuan yang dapat memudahkan seseorang masuk dalam lingkup pergaulan atau lingkungan.

Dari definisi yang diatas kedua hal tersebut dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosi sangatalah berhubungan dengan kesehatan mental seseorang. Karena kesehatan mental atau orang yang dikatakan sehat mental adalah orang yang mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan masyarakat dimana kita hidup. Dan salah satu dikatakan memiliki kriteria kesehatan mental atau sehat mental memiliki perasaan-perasaan atau emosi-emosi yang positif atau bisa dikatakan dapat mengedalikan emosinya baik dalam diri atau dengan orang lain.  aDapat dikatakan sangat berhubungan karna kecerdasan emosional adalah menggambarkan sejumlah keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan. jika ingin memiliki atau menjaga kesehatan mental dengan baik atau sehat secara mental mulailah belajar untuk memiliki kecerdasan emosioal yang baik atau dapat mengendalikan emosi serta memiliki perasaan-perasan atau emosi-emosi yang positif dalam mengangani berbagai  masalah dalam kehidupan.

Referensi :

Saptoto, Ridwan. 2010. Jurnal Psikologi Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif. Vol 37 Number 1. Juni 2010. Diambil Dari:Http://Jurnal.Psikologi.Ugm.Ac.Id/Index.Php/Fpsi/Article/View/36/26

Semiun Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kansius.