NAMA : OKTAVIA SABIELA
NPM : 16513766
NPM : 16513766
lmu Alamiah
Dasar jika dipenggal berasal dari tiga suku kata. Ilmu artinya bagiandari ilmu
pengetahuan manusia. Alamiah artinya terjadi dengan sendirinya dan dasar
artinya permulaan suatu bentuk. Istilah ini berasal dari Eropa Daratan
(Belanda,Jerman,Inggris,danAmerika). Yang mana istilah ini masuk ke indonesia
pada zaman yang berbeda-beda. Ilmu alamiah dapat dilihat dalam arti luas dan
dalam arti sempit. Dalam arti luas ilmu mencakup semua pengetahuan. .Ilmu alamiah dasar adalah
merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu
pengetahuan alam dan teknologi dalam manusia. Ilmu alamiah atau biasa disebut
dengan ilmu pengetahuan (natural science) merupakan pengetahuan yang mengkaji
tentang gejala-gejala dalam alam semesta termasuk dimuka bumi ini,
sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah dasar
hanya mengkaji konsep-konsep dan prisip-prinsip dasar yang esensial saja.
Bagian-bagian dari Ilmu Alamiah Dasar meliputi penciptaan manusia yang telah
diberikan akal untuk berfikir, lahirnya ilmu alamiah, keterbatasan ilmualamiah,
pembagian ilmu pengetahuan dsb.
Sifat
Unik Manusia
Dibandingkan
dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan rohani, akal budi,
dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak mempunyai tanduk, taji, ataupun
sengat, maka untuk membela diri terhadap serangan dari makhluk lain dan untuk
melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan, manusia harus
memanfaatkan akal budinya yang cemerlang. Kemauannya yang keras menyebabkan
manusia dapat mengendalikan jasmaninya.
Hal
ini dapat menimbulkan efek yang negatif misalnya, manusia dapat mogok makan,
dapat minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan dapat bunuh diri. Kalau
tubuh mendapat pengaruh yang negatif dari lingkungan, maka timbul reaksi yang
mendorong tubuh supaya melepaskan diri dari lingkungan yang merugikan itu.
Tetapi kemauan keras dapat memaksa tubuh supaya tetap menerima pengaruh yang
negatif itu. Jadi, sifat unik manusia itu adalah akal budi dan kemauannya
menaklukkan jasmaninya.
Rasa Ingin Tahu
Dengan
pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri
terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budi itu juga
menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Dengan kata lain, rasa
ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Akal budi manusia tidak pernah
puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Rasa ingin tahu mendorong
manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban
Cara Memperoleh Pengetahuan
Proses
lahirnya ilmu pengetahuan
·
KURIOSITAS
(RASA INGIN TAHU)
Berbeda
dengan mahluk lainnya manusia selalu serba ingin tahu terhadap berbagai
fenomena alam yang dialaminya, manusia selalu bertanya ada apa ? (jika terjadi
gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang atau gejala alam lainnya khususnya
membuat mereka cemas) hal ini merupakan daya rangsang yang diteruskan pada sdaya
fikir sehingga munculah pertanyaan ada apa?, setelah tahu bahkan manusia terus
bertanya lebih jauh lagi, Bagaimana ? dan seterusnya akan bertanya mengapa ?
pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pisau-pisau untuk menoreh pengetahuan
walaupun secara sederhana dan bersifat indrawi. Dari rasa ingin tahu menjadi
Ilmu pengetahuan. Dalam sejarah kehidupan, manusia selalu berusaha untuk
mencari kebenaran. Sebuah proses yang panjang dimana manusia sebelum menemukan
kebenaran mereka harus memiliki rasa ingin tahu terhadap kebenaran tersebut.
Proses Rasa Ingin tahu itu kemudian menjadi ilmu pengetahuan agar dapat
dipertanggungjawabkan sebagai sebuah kebenaran. Proses tersebut dimulai dengan
beberapa zaman atau tahap :
MITOS
Rasa
ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan
ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas
keingintahuannya itu. Karena kemampuan berpikirnya manusia semakin maju dan
disertai pula oleh perlengkapan pengamatan, misalnya teropong bintang, mitos
dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan, dan mereka cendrung menggunakan
akal sehat dan rasionya.
1. Zaman Yunani Kuno
Ilmu
pengetahuan alam pada zaman yunani kuno berasal dari kemampuan mengamati
dan membeda-bedakan dan dari hasil percobaan yang sifatnya spekulatif atau
trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima apa adanya tanpa
mencari asal usul atau sebab akibat. Zaman yunani kuno pada tahap ini manusia
hanya menerima pengetahuan sebagaimana adanya tidak seperti zaman pertengahan pada
abad ke 21 dan zaman modern.
Tokoh-tokoh
Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu
adalah :
Anaximander,
langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar
mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.
Anaximenes,
(560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air, seperti
pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi
api dan bila memadat menjadi tanah.
Herakleitos,
(560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang menyebabkan
transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.
Pythagoras
(500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu tanah, api, udara
dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 + B2, sehubungan dengan
alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah benda lain
mengitari bumi termasuk matahari.
Demokritos
(460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan sampai pada bagian
terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom tetap dipakai sampai saat
ini namun ada perubahan konsep.
Empedokles
(480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia memperkenalkan tentang
tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data tolak-menolak. Kedua tenaga
ini dapat mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur.
Plato
(427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang sebelumnya, ia
mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat
saja dari semua yang kekal dan immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam
itu merupakan duplikat yang tidak sempurna, yang benar adalah idea serangga.
Aristoteles
merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya ia
membuang ajaran yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri. Ia
mengajarkan unsur dasar alam yang disebut Hule. Zat ini tergantung kondisi
sehingga dapat berwujud tanah, air, udara atau api. Terjadi transmutasi
disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah, panas dan kering. Dalam kondisi lembab
hule akan berwujud sebagai api, sedang dalam kondisi kering ia berwujud tanah.
Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada ruang yang hampa, jika ruang itu tidak
terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh ether. Aristoteles juga
mengajarkan tentang klasifikasi hewan yang ada dimuka bumi ini.
Ptolomeus
(127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris),
berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga.
Diawali
oleh Socrates ( ± 469-399) sebagai tokoh yang patut disebut mengawali
pembicaraan mengenai kebenaran. Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates
di Yunani. Prothagoras menyatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk
segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates (469-399 SM) dengan mengatakan
bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif
yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Meskipun tidak secara langsung
berbicara mengenai kebenaran ilmiah tetapi ia tidak menyetujui relativitas yang
terdapat pada kaum sophis. Menurutnya terdapat kebenaran objektif, ada kelakuan
yang baik dan ada kelakuan yang tidak baik; ada tidakan yang pantas dan ada
yang tidak pantas. Socrates telah meletakkan dasar bagi berkembangnya gagasan
tentang adanya kebenaran (Bertens, 1991; 86).
Pendapat
Socrates dilanjutkan oleh muridnya Plato (427-322 SM). Dalam filsafatnya Plato
mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi
pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama
adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide, sehingga adanya dualisme manusia
yaitu dunia fisik dan dan dunia ide.Satu wilayah dari manusia adalah
dunia indera, yang mengenai kita hanya dapat mempunyai pengetahuan yang tepat
dan tidak tepat atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indera. Dunia
indera akan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang diserap indera.
Wilayah yang lain adalah “dunia ide” yang mengenainya kita mempunyai ilmu
pengetahuan yang bersifat abadi dan kekal. Menurut Plato kebenaran merupakan
ketak-tersembunyian adanya. Hal ini berarti selama kita masih terikat pada yang
ada (the being) saja tanpa masuk adanya dari yang ada itu kita belum berjumpa
dengan kebenaran karena adanya (being) itu masih tersembunyi. Barulah dengan
hilangnya atau diambilnya selubung yang menutup adanya dari yang ada itu
terhadap mata batin kita, maka terbukalah adanya dan serentak dengan itu
tampillah kebenaran (Verhaak & Haryono, 1991; 126).
Aristoteles
(384-322) lebih melihat kebenaran dari cara yang dipakai pengenal melalui suatu
sistem berfikir ilmiah yang dikenal dengan logika. Pendapat plato dikritik oleh
Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang
konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah
filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar
sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan
adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang
memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni
abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis. Abstraksi yang ingin
menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai
kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap
unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi
matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki
dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut
abstraksi metafisis.Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang
materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi
adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang
menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme. Berkaitan dengan
ini dia mengemukakan bahwa cara berfikir ilmiah itu terdiri dari pengertian,
petimbangan, dan penalaran. Menurutnya, pengertian mengungkapkan adanya 10
kategori yaitu substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan,
mempunyai, berbuat, menderita. Segala pengertian dapat digabungkan sehingga
membentuk suatu pertimbangan. Dengan petimbangan tersebut dapat digabungkan
sehingga menghasilkan silogisme (Hadiwiyono, 1980; 45-47). Ajaran Aristoteles
yang penting adalah suatu pola berpikir dalam memperoleh kebenaran berdasarkan
logika.
PERIODE filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia. periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umatmanusia.Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
PERIODE filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia. periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umatmanusia.Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
Zaman
Abad Pertengahan
Tokoh
yang patut disebut dalam abad pertengahan ini adalah Thomas Aquinas
(1224-1274). Thomas Aquinas mendefinisikan kebenaran sebagai “adequatio rei et
intellectus” yaitu kesesuaian, kesamaan pikiran dengan hal, benda. Oleh karena
itu kebenaran merupakan istilah transendental yang mengena kepada semua yang
ada; dalam arti tertentu kebenaran bukanlah suatu pernyataan tentang cara
hal-hal berada tetapi melalui hal-hal itu sendiri (Bagus, 1996; 415).
Menurut
Wibisono (1999) pada zaman abad pertengahan ini kita tidak bisa melupakan para filosof
Arab seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan Al-Ghazaly. Mereka
telah menyebarkan filsafat Aristoteles ke Cordova Spanyol dan kemudian
diwariskan serta dikembangkan oleh para kaum Patristik dan Skolastik di dunia
barat sehingga tepat apabila dikatakan jika orang-orang Yunani adalah Bapak
Metode Ilmiah dan orang Muslim adalah Bapak angkatnya.
2. Zaman Modern
Pada
zaman modern ini diwarnai dengan timbulnya aliran-aliran tentang perolehan ilmu
pengetahuan atau kebenaran ilmiah. Diantaranya adalah Rasionalisme, Empirisme
dan Kritisisme. Tiga tokoh besar yang mewakili ketiga aliran tersebut adalah
Rene Descartes, David Hume, dan Immanuel Kant.
Rasionalisme
Aliran
rasionalisme ini secara luas merupakan pendekatan filosofis yang menekankan
adanya akal budi atau rasio sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau
unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi (Hadiwiyono, 1980,
2; 18). Peletak dasar dari aliran ini adalah Rene Descarte (1596-1650). Menurut
Descartes, cara untuk membedakan ada tidaknya kebenaran adalah ada tidaknya ide
yang jelas dan terpilah-pilah mengenai sesuatu (idea clara et distincta).
Akibat pernyataan itu lebih lanjut adalah isi ide yang jelas dan terpilah-pilah
itu menjadi benar sehingga kebenaran disamakan dengan idea tersebut. Idea itu
pertama-tama terdapat dalam subjek pengetahuan, maka kebenaran-pun demikian,
tanpa ada hubungan dengan dunia luar, maka kebenaran hanya sebagai suatu
kesimpulan dari adanya kebenaran dalam idea tersebut. Terwujudnya kebenaran
ditegaskan sebagai suatu kenyataan (Hadiwiyono, 1980; 18).
Empirisme
David
Hume – sebagai tokoh peletak dasar bagi empirisme – menolak rasionalisme
mengatakan bahwa pengenalan sejati berasal dari rasio. Sanggahan Hume ini
secara konsekuen terdapat dalam penjelasannya tentang tidak adanya substansi
dalam kesadaran kita. Baginya kesatuan ciri-ciri yang disebut substansi oleh
rasionalisme hanyalah fiksi, sekumpulan kesan-kesan (a bundle of collection of
perception), substansi hanyalah sekumpulan persepsi saja. Menurutnya hakekat
ide-ide itu selalu empiris (Yumartana, 1993; 21). Aliran empirisme secara umum
merupakan aliran filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang
menjadi satu-satunya sumber pengetahuan baik pengalaman lahiriyah atau batiniyah.
Informasi yang disajikan kepada kita berguna secara fundamental sebagai ilmu
pengetahuan. Akal budi tidak dapat memberikan kepada kita pengetahuan tentang
realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita
(Bagus, 1996; 31-38)
Kritisisme
Immanul
Kant adalah peletak dasar dari aliran kritisisme. Dalam arti luas, kritisisme
merupakan sebuah epistemologi yang menempatkan akal budi sebagai nilai yang
amat tinggi tetapi akal budi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu Kant mencoba
mendamikana rasionalisme dengan empirisme dengan berpendapat bahwa pengetahuan
bersifat sintesis. Pengetahuan inderawi atau empirisme merupakan sintesis dari
pengamatan ruang dan waktu. Kemudian pengetahuan akal merupakan sintesis
pengetahuan. Implikasinya yang dihasilkan bukanlah pengetahuan das ding an
sich, untuk itu rasio dan akal budi memberi arah kepada akal ketika tidak mampu
mengetahuinya. Kant menyebutnya sebagai idealisme transdental atau idealiseme
kritis (Hadiwiyono, 1980, 2; 63-82).
Positivisme
Abad
ke-19 dapat diakatakan sebagai abad positivisme – dengan tokohnya Auguste Comte
(1798-1857) -, karena pengaruh aliran ini demikian kuatnya dalam dunia modern.
Filsafat menjadi praktis bagi tingkah laku manusia sehingga tidak lagi
memandang penting berfikir yang bersifat abstrak (Wibisono, 1996;1).
Positivisme kata kuncinya terletak pada kata positif itu sendiri yaitu lawan
dari kahayal, merupakan sesuatu yang riil dan objek penyelidikannya didasarkan
pada kemampuan akal (Wibisono, 1996; 37). Kata positif juga lawan dari sesuatu
yang tidak bermanfaat dan disinilah terjadi progress (kemajuan). Positif juga
berarti jelas dan tepat. Disinilah diperlukan filsafat yang mampu memberi atau
mebeberkan fenomena dengan tepat dan jelas. Positif juga lawan dari kata
negatif dan ada keterkaitan selalu dengan masalah yang menuju kepada penataan
atau penertiban.
Penggolongan
ilmu pengetahuan oleh Comte didasarkan kepada sejarah ilmu itu sendiri yang
menunjuk adanya gejala yang umum yang mempunyai sifat sederhana menuju kepada
gejala yang komplek dan semakin konkret. Ilmu-ilmu yang dimaksud adalah ilmu
pasti (matematika) dan secara berturut-turut astronomi, fisika, kimia, biologi,
dan akhirnya fisika sosial atau sosiologi (Wibisono, 1996; 25). Penggolongan
tersbut menyaratkan adanya perkembangan ilmu yang lambat dan cepat. Yang paling
cepat perkembangannya adalah yang sederhana dan umum objeknya. Dan ada yang
paling lambat perkembangannya adalah yang paling kompleks objek
permasalahannya, misalnya fisika sosial.
Sumber
:
yasmanrianto.staff.gunadarma.ac.id
http:/.scribd.com/doc/88996435/Pengertian-Ilmu-Alamiah-Dasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar