Kamis, 30 Juni 2016

#PSikoterapi Terapi Kelompok

Terapi kelompok

Konsep Dasar
Terapi kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda.
Setiap manusia   memiliki problem yang berbeda-beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama  dalam menangani suatu pemecahan masalah.

Tujuan terapi


  1.  Meningkatkan identitas diri
  2. Menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapi
  3.  Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
  4. Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
Teknik-teknik terapi

  1. Melibatkan para anggotanya untuk terbuka dan aktif
  2. Terapis turut membantu klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang dialaminya
  3.  Berfokus pada satu topik permasalahan yang hendak diselesaikan pertama kali.
Menurut Yosep (2007), terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal.

Terapi kelompok mirip dengan masalah-masalah yang ditangani oleh terapi individu seperti konseling. Yang membedakan dengan terapi individu adalah pendekatannya. Terapi kelompok tidak menggunakan pendekatan yang bersifat perseorangan, melainkan menggunakan kelompok sebagai media penyembuhan. Individu-individu yang mengalami masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dan kemudian dilakukan terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh terapis.
Oleh karena itu perlu diperhatikan mengenai komponen kelompok dalam terapi kelompok. Dalam Sari (2015) menyebutkan komponen tersebut antara lain:
a.       Struktur kelompok
Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam elompok diatur dengan adanya pimpinan dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.
b.      Besar kelompok
Menurut Wartono (dalam Yosep, 2007), jumlah ideal anggota kelompok adalah tujuh sampai delapan orang. Jumlah minimum angota kelompok berkisar empat dan jumlah maksimun adalah sepuluh orang. terlalu kecil makan tidak cukup variasi informasi dan intreaksi yang terjadi.
c.       Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit untuk fungsi terapi reandah, dan 60-120 menit untuk fungsi kelompok yang tinggi. Frekuensi pertemuan dapat disesuaian dengan tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali per minggu atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
d.      Komunikasi
Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan mengalisis pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberikan kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang trejadi. Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal, tingkat kompetis, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan.
e.       Peran kelompok
Pemimpin (leader) harus memiliki kemammpuan dalam proses yang terjadi pada kelompok, seperti adanya interupsi, peningkatan intonasi suara, sikap menghakimi antara anggota kelompok selama interaksi berlangsung. Dengan kata lian, pemimpin harus peka terhadap adanya konflik yang mungkin terjadi di dalam kelompok.
f.       Kekuatan kelompok
Kekeuatan kelompok adalah kemampuan anggota dalam memmpengaruhi jalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.
g.      Norma
Norma adalah standar perilaku dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pada pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma berguna untuk mngetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.
h.      Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan antar anggota kelompok bekerjasama dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi naggota kelompok untuk tertarik dan puas terhadap kelompoknya. Terapis perlu melakuakn upaya agar kekohesifan kelompok dapat terwujud, selain mengelompokan anggota yang memiliki masalah yang sama. Terapis juga menciptakan kekohesifan dengan cara mendorong kelompok untuk berbicara satu sama lain. Kekohesifan dapat diukur melalui seberapa sering antar anggota memberi pujian dan mengungkapkan kekaguman satu sama lain.

Tujuan terapi kelompok
a.       Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman.
b.      Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain.
c.       Merupakan proses menerima umpan balik.

Peran Terapis dalam Terapi Kelompok
a.       Mempersiapkan program terapi
b.      Sebagai leader dan co-leader
c.       Sebagai fasilitator
d.      Sebagai observer
e.       Mengatasi masalah yang timbul saat terapi
f.       Program antisipasi masalah

Teknik Terapi Kelompok
a.       Psikodrama
Psikodrama merupakan suatu bentuk terapi kelompok, yang dikembangkan oleh J.L. Moreno pada tahun 1946, dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari psikodrama ini adalah membantu seorang pasien atau kelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan permainan drama, peran, atau terapi tindakan. Lewat cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan bersalah, dan kesedihan. Sama dengan Freud, Moreno melihat emosi-emosi yang terpendam dapat dibongkar (kompleks-kompleks emosional dihilangkan dengan membawanya ke kesadaran, dan membuat energi emosional diungkapkan/katarsis).
Metode psikodrama yang sangat Penting. Seperti yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Moreno, psikodrama menggunakan tempat yang menyerupai panggung. Hal ini bertujuan supaya pasien memainkan peran di alam khayal, dengan demikian ia merasa bebas mengungkapkan sikap-sikap yang terpendam dan motivasi-motivasi yang kuat. Ketika peran dimainkan, implikasi-implikasi realistic dan tingkah lakunya yang dramatis menjadi jelas.
b.      Role playing (bermain peran)
Memainkan peran adalah suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara (drama). Teknik ini banyak digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok, misalnya diruang kelas, program-program hubungan manusia dalam bidang usaha dan industri, dan pertemuan-pertemuan latihan (training).
c.       Encounter groups
Encounter groups adalah bentuk-bentuk khusus dari terapi kelompok yang muncul dari gerakan humanistik pada tahun 1960-an. Encounter groups bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lainalam suatu situasi diaman di dorong untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang. Encounter groups tidak berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat, tetapi hanya ditujukan kepada orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka berhubungan dengan orang lain.

Daftar Pustaka

Sari, L. T. (2015). Terapi kelompok terhadap perubahan sikap perlindungan diri dari IMS dana perilaku seksual pekerja seks komersial jalanan usia 15-18 tahun di Denpasar Bali. Tesis. (diakses pada tanggal 28 Juni 2016)

Umar, F. (2014). Behavioral konseling. Diperoleh dari: http://konselingkedamaianhati.blogspot.co.id/2014/12/behavioral konseling_17.html (diakses pada tanggal 28 Juni 2016)

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar